Laman

Rabu, 06 Oktober 2010

merengkuh cinta dalam buaian pena

Cinta...
Adakah
manusia yang
mengaku
dirinya bukan
seorang
pecinta?
Bagai
pujangga mereka
menebarkan kata-kata
indah
Namun...
Sesungguhnya cinta yang
indah adalah cinta
pertama
Tak lapuk sepanjang
masa, indah terpatri di
jiwa
Lunglai...
Tubuhnya terkulai lemah
dengan sisa butiran
keringat yang masih
tampak berkilauan di
dahinya. Perjuangan
hidup mati yang
menggadaikan jiwa baru
saja usai. Semburat
pucat di wajah pun
perlahan lenyap. Namun
ia tersenyum, lalu
bibirnya melafadzkan
hamdalah.
Tak lama, sosok mungil
itu ada di dalam
dekapan. Dipeluknya
dengan segenap
kehangatan kasih
sayang, padahal dirinya
sendiri masih tampak
lelah. Terlihat matanya
berbinar-binar senang
seraya tak henti-
hentinya menyapa buah
hati tercinta. Tetes air
bening pun mengalir dari
sudut mata, air mata
bahagia.
Bagai melepas kerinduan
yang teramat dalam, pipi
yang masih kemerah-
merahan itu dicium
dengan lembut dan
kepalanya dibelai dengan
manja. Yang dirindukan
pun sedikit menggeliat.
SubhanaLlah, betapa
indahnya ciptaan-Mu, ya
Allah.
Mata kecilnya memang
belum bisa melihat
dengan sempurna,
namun nalurinya
berkata, dirinya berada
di tangan seseorang yang
sangat mencintainya.
Elusan lembut dan
sapaan yang sering
terdengar saat masih di
dalam rahim, kini dapat
dirasakan. Aura cinta
pun memancar dari
kedalaman hati seorang
ibunda, menyelimuti sang
buah hati yang baru saja
menyapa dunia dengan
lengkingan tangisannya.
Indah, bahkan teramat
indah...
Cinta ibunda memang
cinta yang paling indah.
Cinta itu selalu ada di sisi
mereka, dan tiada
pernah ragu untuk
dilimpahkannya. Mereka-
lah yang tak pernah
kenal lelah menjaga dan
membesarkan kita
semua. Bahkan ketika
kita belum mengenal
sepatah kata, ibunda jua
yang mengajarkan
tentang makna kasih
sayang dan cinta.
Adakah cinta yang dapat
menyaingi cinta seorang
ibunda?
Betapa dengan kasihnya,
masa kehamilan dilewati
dengan keikhlasan dan
kesabaran. Perasaan
mual, pusing, ditambah
dengan membawa beban
di perutnya yang
semakin hari semakin
berat, hingga saat
antara hidup dan mati
ketika melahirkan, tak
akan dapat tergantikan
oleh cinta-cinta lain yang
penuh kepalsuan.
Ibunda pun bagaikan
pelabuhan cinta bagi
anak-anaknya. Kerelaan
mereka untuk sekedar
disinggahi, lalu ditimbun
dengan segala resah dan
gundah, bahkan amarah,
hanya dibalas dengan
senyum kesabaran. Tak
heran, seorang ibunda
sanggup memelihara
sedemikian banyak anak
yang dilahirkannya,
namun belum tentu satu
anakpun bersedia
menjaga dirinya hingga
beliau tutup usia.
Aaah...
Rasanya kita semua
pernah mengalami jatuh
cinta. Dan cinta pertama
itu selalu terhatur pada
seseorang yang selalu
berada di samping kita,
tempat curahan suka dan
duka. Ketika lapar,
dengan tangannya ia
menyuapkan makanan,
diberikannya air susu
dengan tulus saat kita
haus, hingga
diajarkannya berakhlak
mulia bagaikan
RasuluLlah SallaLlaahu
Alayhi Wasallam,
uswatun hasanah.
Ibunda memang bukan
hanya madrasah pertama
bagi anak-anaknya, tapi
mereka-lah cinta
pertama kita.
Dan apakah ada cinta
yang paling indah
daripada cinta pertama?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar